Jumat, 14 Desember 2007

No More "Barongan, Endang" Dances At Tourism Promotion Activities

PUTRAJAYA, Dec 3 (Bernama) -- Cultural performances originating from Indonesia, such as the "Barongan" and "Endang" dances, are to be shelved from Malaysian tourism promotion activities due to the controversy raised by cultural activists from the republic.
Tourism Minister Datuk Seri Tengku Adnan Tengku Mansor said today the decision was taken to ease the controversy while the matter was sorted out by the Culture, Arts and Heritage Ministry with the Indonesian Ministry of Culture and Tourism.
"The (barongan) dance thrives in Johor. If we look at history, our forefathers who migrated here had brought the culture and way of life from Indonesia to be part of our culture.
"In the old days, there were no boundaries between Malaysia and Indonesia, no passports, and not even an immigration system," he told reporters after opening a mass circumcision programme at the Putrajaya Hospital, here.
His announcement came in the wake of a demonstration by Reog Ponorogo (Barongan in Malaysia) activists outside the Malaysian Embassy in Indonesia recently, disparaging Malaysia for what it claimed was promoting the dance as part of the Malaysian culture.
Of late, the Indonesian media has also been critical of Malaysian songs and dances performed at official functions and over television which it claimed belonged to the republic.
Tengku Adnan said he had received letters from the Indonesian Foreign Ministry and Ministry of Culture and Tourism which pointed out that the Endang dance (which thrives in Negeri Sembilan) performed by a Malaysian entourage in Osaka recently was an Indonesian dance.
He said he was prepared to join a committee involving Culture, Arts and Heritage Minister Datuk Seri Dr Rais Yatim which would discuss the controversy with Indonesian State Minister for Culture and Tourism Jero Wacik.
On the impact of the recent Hindu Rights Action Force (Hindraf) illegal rally on the tourism industry, Tengku Adnan said that so far there had been no cancellation of tour packages to Malaysia.
"We have activated a special unit to monitor the situation and would inform our tour operators overseas of developments. We have told them that the situation is safe despite the foreign media blowing the issue out of proportion," he said.--
BERNAMA

Beli Kaos "Visit Malingsia 2007"

Dimana beli kaos bertuliskan "VISIT MALINGSIA 2007" ?

Saya liat berita di tivi indonesia sore ini, di Bandung ada yang jual kaos sebagai penghargaan prestasi para maling.

Sebagai promosi gencar malaysia besar-besaran agar mengunjungi negeri para maling.

Mohon kalo ada yg memiliki infonya, share ya..trims a lot before ..

warm wishes,
najaf al araby

http://groups.google.co.id/group/milis-mediacare/browse_thread/thread/1bda63b611f80e37/37532cdec90b919a?hl=id&lnk=gst&q=malingsia#37532cdec90b919a

Kamis, 13 Desember 2007

MalingSia

Saya salut dengan teman-teman yang sangat menghargai keberhasilan negara tetangga kita.

Pasalnya, mereka dapat menciptakan panggilan Malaysia dengan MalingSia, itu merupakan sapaan persahabatan yang benar-benar barat.

Hal ini, dapat kita lihat, jika seorang barat ingin meyakinkan bahwa temannya memberikan penerangan yang sangat benar, maka mereka menyebutnya dengan goddam right. Begitu juga untuk Malaysia (Baca= MalingSia).

Sabtu, 08 Desember 2007

Indon

Membaca dan mendengar mengenai panggilan orang Malaysia terhadap orang Indonesia sebagai "Indon".

Saya mungkin tidak sepakat kepada teman-teman yang langsung marah dengan hal tersebut.

Pasalnya, semua orang Malaysia pun mengatakan itu janganlah kita praduga negatif. Karena itu hanya agar mereka dapat lebih mudah memanggilnya.

Saya sepakat dengan singakatan agar lebih singkat.

Berangkat dari terminologi tersebut. Saya sebenarnya juga ingin memuji orang malaysia, yang sejak dilontarkan gagasan oleh Perdana Menteri nya mengenai "Malayasia Incorporated" ternyata cukup terbukti gagasan tersebut.

Dan untuk menghargainya saya ingin memangilnya "Malaysia Incorporated" terlalu panjang, untuk itu saya ingin menyingkatnya juga dengan malinc (baca: maling).

Lain dengan orang Malaysia, mereka memanggil kita dengan "Indon" karena hanya biar lebih singkat.

Sementara saya, memanggil malinc (baca: maling) dengan tujuan memuji, dari prestasi yang sudah dicapai.

Saya menghimbau kepada semua orang yang memiliki penghargaan terhadap orang-orang Malaysia, untuk sejak saat ini memanggilnya dengan malinc (baca: maling).

Minggu, 01 Juli 2007

Migrant Care Benarkan Data Pemerkosaan TKI di Malaysia

Jakarta - Nama LSM Migrant CARE muncul dalam dokumen yang dirilis blogger Malaysia dan kemudian menjadi ramai di media Malaysia terutama media oposisi, terkait dugaan kasus TKI Robingah (46) yang diperkosa seorang menteri Malaysia. Migrant Care membenarkan apa yang diungkap blog tersebut.

"Migrant CARE pada pertengahan bulan Juli 2007 silam, memang telah melakukan investigasi mengenai kasus dugaan perkosaan yang dialami RB selama menjadi PRT migran di Malaysia dengan pelaku adalah majikannya sendiri," ujar Direktur Eksekutif Migrant CARE, Anis Hidayah, dalam konferensi pers di Restoran Warung Daun, Jl Cikini, Jakarta Pusat, Jumat (7/1/2011).

Anis mengatakan, hasil investigasi Migrant CARE membenarkan bahwa si majikan yang merupakan pelaku pemerkosa adalah seorang Menteri Informasi, Komunikasi dan Kebudayaan Malaysia. Hanya saja dia tidak menyebutkan namanya.

"Kami tidak mau berikan identitasnya, tapi kan dia sudah membantah. Jadi mungkin saja bisa saja, (dia orangnya)," jelasnya.

Investigasi ini dilakukan Migrant CARE pada tahun 2007 silam. Namun kasus ini akhirnya tidak diungkap oleh Migrant CARE atas dasar permintaan si korban yang berasal dari Banjarnegara ini.

"Namun pihak korban tidak mau kasus tersebut diungkap ke publik dan tidak mau pula menuntut secara hukum. Dan jika itu sekarang tersampaikan ke publik, itu bukan karena publikasi kita, karena kita tidak pernah sampaikan itu pada publik," beber Anis.

Walaupun diminta untuk tidak mengungkap ke publik, Migrant CARE ternyata pernah menyampaikan hasil investigasi ke Mabes Polri dan KBRI Kuala Lumpur pada tahun 2007. "Tapi karena di korban tetap tidak ingin ini diungkap, akhirnya pelaporan itu hanya sebatas memberikan perlindungan kepada RB saja," jelasnya.

Anis sendiri tidak mengerti alasan kenapa RB bersikukuh untuk tidak membawa masalah ini ke jalur hukum. Yang jelas menurut informasi yang didapatkan Migrant CARE dari RB, korban tidak pernah disuap untuk menutup kasus ini.

"Dari gaji tidak ada masalah, dan tidak menerima imbalan lebih agar kasus ini tidak dipublis. Tapi apapun itu kami berada dalam posisi menghormati permintaan korban," ujar Policy Analist Migrant CARE Wahyu Susilo di tempat yang sama.

Dengan terkuaknya kembali kasus ini, Migrant CARE berharap Indonesia dan Malaysia segera melakukan supervisi MoU tentang perlindungan pekerja migran.

"Itu penting untuk menjadi instrumen bilateral yang akan melindungi PRT kita yang mencari nafkah disana," tandas Anis.

Kasus dugaan pemerkosaan ini diramaikan salah satu situs berita oposisi Malaysia, Harakah Daily. Harakah mengklaim ada bocoran WikiLeaks terkait hal itu, seperti ditulis seorang blogger Malaysia, Rocky Bru.

Namun diduga itu pelintiran Harakah yang menjadi oposisi UMNO. Sebab, Bru tidak menyebut demikian di blognya. Seperti dilansir detikcom dari blognya, yang berjudul 'Wikileaks: Malaysian senior politician and his maid?', Bru mengatakan sejauh ini kasak-kusuk WikiLeaks adalah diskusi antar blogger. Bru yang mantan Pemimpin Redaksi The Malaysia Mail pun belum tahu apakah benar ada bocoran WikiLeaks soal kasus perkosaan ini.

Bru hanya memberikan tautan dokumen lain yang bukan WikiLeaks. Dokumen itu adalah laporan investigasi lembaga pembela hak-hak pekerja asal Indonesia, Migrant Care.

Sementara, Rais Yatim pun dalam pernyataan kepada Kantor Berita milik pemerintah Malaysia, Bernama, membantah keras tudingan itu. "Saya membantah tuduhan perkosaan yang dilakukan empat tahun lalu ataupun tuduhan yang disampaikan oleh penulis liar di internet atau partai politik," kata dia dalam pernyataannya, Kamis (6/1) kemarin.

Sumber : http://www.detiknews.com/read/2011/01/07/135758/1541625/10/migrant-care-benarkan-data-pemerkosaan-tki-di-malaysia